KATA PENGANTAR
Segala puji bagi
Allah Tuhan seru sekalian alam yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
serta salam semoga tetap tersanjungkan kepada baginda Rasul Muhammad SAW yang
dengan jerih payahnya telah mampu merubah peradaban yang tidak mengenal
perikemanusiaan menuju peradaban yang penuh dengan kebaikan.
Dalam kesempatan
ini, dengan penuh rasa suka cita penulis mengucapkan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada
Ibu Dosen Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran yang telah memberikan
kepercayaannya kepada kami untuk membuat makalah yang kami beri judul "Perencanaan
dalam penyusunan test" Penulis menyadari bahwa dalam makalah yang
telah dibuat ini masih banyak kesalahan yang harus diperbaiki, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang budiman agar dalam
pembuatan makalah yang berikutnya tidak terjadi kesalahan serupa.
Muara Bulian, 3 Oktober 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................................. 2
C.
Tujuan...................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Fungsi test............................................................................................................... 3
B.
Bentuk-bentuk
penyusunan tes hasil belajar................................................... 3
C.
Langkah-langkah
dalam penyusunan test........................................................ 7
D.
Komponen-komponen
test................................................................................... 9
E.
Tabel spesifikasi..................................................................................................... 10
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................................................. 13
B.
Saran........................................................................................................................ 13
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauh mana
proses belajar tersebut telah memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa.
Salah satu cara untuk melihat peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan
melakukan tes. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada
siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam
bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes
hasil belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk
mata pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan
peserta didik yang diharapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit
pengajaran tertentu. Pertama, tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil
belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan
instruksional.
Kedua, butir-butir tes hasil
belajar harus merupakan sampel yang representative dari populasi bahan
pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap dapat mewakili seluruh performance yang telah diperoleh selama pesrta didik mengikuti suatu unit
pengajaran. Ketiga, bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus
dibuat bervariasi. Keempat, tes hasil belajar harus didasain sesuai dengan kegunaannya untuk
memperoleh hasil yang diinginkan. Kelima, tes hasil belajar harus memiliki realibilitas yang dapat diandalkan. Keenam, tes hasil balajar disamping
harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa, juga harus
dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki
cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
a.
Apakah fungsi tes?
b.
Bagaimana bentuk-bentuk
penyusunan tes hasil balajar?
c.
Bagaimana langkah-langkah
dalam penyusunan tes?
C. TUJUAN
a.
Untuk mengetahui fungsi
tes itu sendiri.
b.
Untuk mengetahui
bentuk-bentuk penyusunan tes hasil belajar.
c.
Untuk mengetahui langkah-langkah
dalam penyusunan hasil belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. FUNGSI TES
Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur
(yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang
pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa
pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus
dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil
pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau
prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai
oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.
Adapun fungsi tes adalah :
1.
sebagai alat pengukur
terhadap peserta didik. dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat
perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka
menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2.
sebagai alat pengukur
keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat di
ketahui sudah beberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah
dapat dicapai
B. BENTUK-BENTUK PENYUSUNAN TES HASIL
BELAJAR
1.
Penyusunan Tes Tertulis
Sebagai alat pengukur perkembangan dan kemajuan belajar
peserta didik, apabila ditinjau dari segi bentuk soal-soal, dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu tes belajar bentuk uraian (tes subjektif), dan tes
hasil belajar bentuk obyektif.
a.
Tes uraian
Pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes
kemampuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian
kata-kata.
Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata
seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan
sebagainya. Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya
sekitar 5-10 buah dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Soal-soal bentuk esai
menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi,
menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat
dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan
mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.
Petunjuk penyusunan tes uraian adalah:
1)
Hendaknya soal-soal tes
dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan, dan kalau mungkin
disusun soal yang sifatnya komprehensif.
2)
Hendaknya soal tidak
mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
3)
Pada waktu menyusun,
soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.
4)
Hendaknya diusahakan agar
pertanyaan bervariasi antara “jelaskan”, “mengapa”, “bagaimana”, “seberapa
jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan.
5)
Hendaknya rumusan soal
dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh siswa.
6)
Hendaknya ditegaskan
model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes.
b.
Tes objektif
1)
Tes benar-salah (true-false)
Tes obyektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk
tes obyektif dimana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu
berupa pernyataan, pernyataan ada yang benar dan ada yang salah.
a)
Tulislah huruf B-S pada
permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah mengerjakan dan
menilai (scoring).
b)
Usahakan agar jumlah
butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus dijawab S.
Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya
B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
c)
Hindari item yang masih
bisa diperdebatkan.
Contoh: B-S Kekayaan lebih penting dari pada kepandaian.
d)
Hindarilah
pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
e)
Hindarilah kata-kata yang
menunjukan kecenderungan memberi saran seperti yang dikehendaki oleh item yang
bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak pernah dan
sebagainya.
2)
Tes pilihan ganda (multiple
choice test)
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu
pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memllilih satu
dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
Pada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini adalah soal
bentuk benar salah juga, tetapi dalam bentuk jamak. Testee diminta membenarkan
atau menyalahkan setiap item dengan tiap pilihan jawab. Kemungkinan jawaban itu
biasanya sebanyak tiga atau empat buah, tetapi adakalanya dapat juga lebih
banyak (untuk tes yang akan diolah dengan komputer banyaknya option diusahakan
4 buah).
3) Menjodohkan (Matching test)
Matching test dapat diganti dapat diganti dengan istilah mempertandingan, mencocokkan,
memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
Masing-masing pertanyaan mempunyai tercantum dalam seri jawaban. Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes
bentuk matching ialah:
a.
Seri
pertanyaan-pertanyaan dalam Matching test hendaknya tidak lebih dari
sepuluh soal (item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan
membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara
item-item itu.
b.
Jumlah jawaban yang harus
dipilih, harus lebih banyak dari pada jumlah soalnya (kurang lebih 1 ½
kali). Dengan demikian murid dihadapkan kepada banyak pilihan, yang semuanya
mempunyai kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih menggunakan
pikirannya.
c. Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching test harus merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar
homogen.
4)
Tes isian (complection
test)
Complection test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan,
atau tes melengkapi.complection test terdiri
atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang
dihilangkan atau yang diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang
kita minta dari murid.
Saran-saran dalam menyusun tes bentuk isian ini adalah
sebagai berikut:
a)
Perlu selalu diingat
bahwa kita tidak dapat merencenakan lebih dari satu jawaban yang kelihatan
logis.
b)
Jangan mengutip
kalimat/pertanyaan yang tertera pada buku/catatan.
c)
Diusahakan semua tempat
kosong hendaknya sama panjang.
d)
Diusahakan hendaknya setiap
pertanyaan jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong.
e)
Jangan mulai dengan
tempat kosong.
2. Penyusunan Tes Lisan
Tes lisan digunakan untuk
mengevaluasi hasil belajar berupa kemampuan untuk mengemukakan
pendapat-pendapat atau gagasan-gagasan secara lisan.
Berberapa petunjuk berikut ini dapat dipergunakan dalam
tes lisan:
a)
Sebelum tes lisan
dilaksanakan, seyogyanya tester sudah melakukan inventarisasi berbagai jenis
soal yang akan diajukan kepada teste dalam tes lisan tersebut, sehingga tes
lisan dapat diharapkan memiliki validitas yang tinggi, baik dari segi isi
maupun kontruksinya.
b)
Setiap butir soal yang
telah ditetapkan untuk diajukan kepada tes lisan itu, juga harus disiapkan
sekaligus pedoman atau ancar-ancar jawaban betulnya.
c)
Jangan sekali-kali
menentukan skor atau nilai hasil tes lisan setelah seluruh teste menjalani tes
lisan. Skor atau nilai hasil tes lisan harus dapat ditentukan disaat
masing-masing teste selesai dites. Hal ini dimaksudkan agar pemberian skor atau
nilai hasil tes lisan yang diberikan kepasa teste itu tidak dipengaruhi oleh
jawaban yang diberikan oleh testee yang lain.
d)
Tes belajar yang
dilaksanakan secara lisan hendaknya jangan sampai menyimpang atau berubah arah
dari evaluasi menjadi diskusi.
e)
Dalam rangka menegakkan
prinsip objektivitas dan prinsip keadilan, dalam tes yang dilaksanakan secara
lisan itu, tester hendaknya jangan sekali-kali “memberikan angin segar” atau
“memancing-mancing” dengan kata-kata arau kalimat atau kode-kode tertentu yang
sifatnya menolong testee karena menguji pada hakikatnya adalah mengukur bukan
membimbing testee.
3. Penyusunan
tes tindakan
Tes tindakan dimaksudkan untuk mengukur keterampilan
siswa dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam tes tindakan persoalan disajikan
dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh testi.
Tes tindakan pada unumnya digunakan untuk mengukur taraf
kompetensi yang bersifat keterampilan (psikomotorik), dimana penilaiannya
dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil akhir yang dicapai oleh
testee tersebut.
C. LANGKAH-LANGKAH DALAM PENYUSUNAN TES
Dalam merencanakan penyusunan achievement test diperlukan adanya langkah-langkah
yang harus diikuti secara sistematis sehingga dapat diperoleh tes yang lebih efektif. Para ahli penyusun tes maupun para pengajar (classroom
teachers) umumnya telah menyepakati langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Menentukan/merumuskan tujuan tes.
2) Mengidentifikasi hasil-hasil belajar (learning outcomes) yang akan diukur dengan tes itu.
3) Menentukan/menandai hasil-hasil belajar yang spesifik, yang merupakan
tingkah laku yang dapat diamati dan sesuai dengan TIK.
4) Merinci mata pelajaran/bahan pelajaran yang akan diukur dengan tes itu.
5) Menyiapkan tabel spesifikasi (semacam blueprint).
6) Menggunakan tabel spesifikasi tersebut 'sebagai dasar penyusunan tes.
Untuk dapat merumuskan tujuan penyusunan test dengan baik, seorang guru
atau pengajar perlu memikirkan apa tipedan fungsi tes yang akan disusunnya
sehingga selanjutnya ia dapat menentukan bagaimana karakteristik soal-soal yang
akan dibuatnya. Perlu diketahui bahwa tes itu mempunyai beberapa fungsi,
bergantung pada tipe dan fungsi tes serta bagaimana ciri-ciri soalnya.
CIRI-CIRI DARI EMPAT TIPE ACHIEVEMENT TESTS
TIPE TES
|
FUNGSI TES
|
KONSIDERASI SAMPEL
|
CIRI-CIRI
|
PLACEMENT
|
Mengukur prerekuislt entry skills
Menentukan entry formance tentang tujuan pelajaran
|
Mencakup tiap- tiap prerekulslt entry behavior
Memilih sampel yang mewakill tujuan pelajaran
|
Items mudah dan criterion-referenced
Items memitiki range kesukaran yang lugs dan norm-referenced
|
FORMATIF
|
Sebagai
balikan bagi
siswa + guru tentang
kemajuan belajar
|
Jika mungkin, mencakup
semua unit tujuan
(yang esensial)
|
Items memadukan kesukaran unit tujuan
dan criterion-referenced.
|
DIAGNOSTIK
|
Menentukan kesulitan
belajar yang sating
muncul
|
Mencakup sampel tugas-
tugas yang berdasarkan
sumber-sumber kesalah-
an belajar yang
umum
|
Items mudah dan digunakan untuk menunjuk sebab-sebab
kesalahan yang spesifik
|
SUMATIF
|
Menentukan kenaikan
tingkat/kelas atau
kelulusan pada akhir
program pengajaran
|
Memilih sampel tujuan-
tujuan pelajaran yang
representatif
|
Items memitiki range kesukaran yang luas dan norm-referenced
|
Tabel spesifikasi yang juga dikenal dengan kisi-kisi
adalah sebuah tabel yang didalamnya dimuat rincian materi tes dan tingkah laku
beserta proporsi yang dikehendaki oleh penilai, dimana pada tiap petak dari
tabel tersebut diisi dengan angka-angka yang menunjukan banyaknya butir soal
yang akan dikeluarkan dalam tes hasil belajar.
Adapun dari arah taraf kompetensi, biasanya penilai
menggunakan model yang dikembangkan oleh Bloom (1956). Menurut Benjamin S.
Bloom, kompetensi kognitif peserta mulai dari yang paling rendah sampai dengan
yang paling tinggi adalah:
a.
Pengetahuan/ingatan
b.
Pemahaman
c.
Aplikasi atau penerapan
d.
Analisis
e.
Sintesis, dan
f.
Evaluasi
D. KOMPONEN-KOMPONEN TES
Komponen Atau Kelengkapan Sebuah Tes Terdiri Atas :
1) Buku Tes
Buku Tes yaitu Lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang harus
dikerjakan oleh siswa.
2) Lembar Jawaban Tes
Lembar Jawaban Tes yaitu Lembaran yang disediakan oleh penilaian bagi testee untuk
mengerjakan tes.
3). Kunci Jawaban Tes
Kunci Jawaban Tes berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci jawaban ini dapat
berupa huruf-huruf yang dikehendaki atau kata/kalimat. Untuk tes bentuk uraian
yang dituliskan adalah kata-kata kunci ataupun kalimat singkat untuk memberikan
ancar-ancar jawaban.Ide dari adanya kunci jawaban ini adalah:
a.
Pemeriksaan tes dapat
dilakukan oleh orang lain,
b.
Pemeriksaannya betul,
c.
Dilakukan dengan mudah,
d.
Sesedikit mungkin
masuknya unsur subjektif.
4.) Pedoman penilaian
Pedoman penilaian atau pedoman scoring berisi keterangan perincian tentang
skor atau angka yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah
dikerjakan.
E. TABEL SPESIFIKASI
Tabel spesifikasi membantu guru dalam mengadakan
penilaian terhadap murid-muridnya juga berguna untuk dirinya sendiri supaya
lebih profesional dalam menyusun tes.
Untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak menyimpang
dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan dicakupi
dalam tes, dibuatlah tabel spesifikasi.
Tabel spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid,
kisi-kisi atau blueprint. Wujudnya adalah sebuah
tabel yang memuat tentang perperincian materi dan tingkah laku beserta
imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tiap kotak diisi dengan
bilangan yang menunjukkan jumlah soal.
Contoh:
Aspek
yang diungkap
Pokok
Materi
|
Ingatan
(I)
|
Pemahaman
(P)
|
Aplikasi
(A)
|
Jumlah
|
Bagian
I
Bagian
II
Bagian
(terakhir)
|
............
............
............
|
................
.................
.................
|
.............
.............
.............
|
.............
............
............
|
Jumlah
|
...........
|
................
|
..............
|
............
|
Tabel spesifikasi mempunyai kolom dan baris, sehingga
tampak hubungan antara materi dengan aspek yang tergambar dalam TIK. Sebenarnya
penyusunan tes bukan hanya mengingat hubungan antara dua hal tersebut tetapi
empat hal yaitu hubungan antara materi, TIK, kegiatan belajar, dan evaluasi.
Contoh kaitan antara TIK, materi, kegiatan belajar
mengajar dan evaluasi adalah sebagai berikut:
TIK : Siswa
dapat menjelaskan kronologi berdirinya Daulah BaniUmayyah
Materi : Daulah
Umayyah
KBM : Informasi
dan tanya jawab tentang seputar Daulah Umayyah
Evaluasi :
Siapa pendiri Daulah Umayyah ?
A. Muawiyah bin Abi
Sofyan C. Umar bin
Abdul Aziz
B. Abdul Malik bin
Marwan D. Hisyam bin
Abdul Malik
Dalam pembuatan tabel
spesifikasi langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendaftar
pokok-pokok materi yang akan di teskan kemudian memberikan imbangan bobot untuk
masing-masing pokok materi.
Contoh:
Akan membuat tes untuk Tarikh kelas XI. Pokok-pokok
materinya adalah:
a) Latar Belakang
Berdirinya Daulah Umayyah (2)
b) Kahalifah-Khalifah
Besar Daulah Umayyah (3)
c) Peran Daulah
Umayyah dalam Berbagai Bidang (3)
d) Keruntuhan
Daulah Umayyah (2)
Angka-angka yang tertera
dalam kurung merupakan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi.
Langkah kedua yaitu
memindahkan pokok-pokok materi ke dalam tabel dan mengubah indeks menjadi
persentase.
TABEL SPESIFIKASI UNTUK MENYUSUN SOAL TARIKH XI
Aspek yang diungkap
Pokok Materi
|
Ingatan
(I)
|
Pemahaman
(P)
|
Aplikasi
(A)
|
Jumlah
|
Latar Belakang Berdirinya Umayyah (20%)
|
10
|
|||
Kahalifah-KhalifahBesar Umayyah
(30%)
|
15
|
|||
Keberhasilan Umayyah (30%)
|
15
|
|||
Keruntuhan Umayyah (20%)
|
10
|
|||
Jumlah
|
50
|
Langkah ketiga yaitu merinci
banyaknya butir soal untuk tiap pokok-pokok materi, dan angka ini ditulis pada
kolom paling kanan. Caranya yaitu dengan membagi jumlah butir soal (disini ada
50 buah) menjadi 4 bagian berdasarkan imbangan bobot yang tertera sebagai
persentase.
Dalam contoh ini dimisalkan akan disusun tes berbentuk
obyektif dengan jumlah 50 butir soal berbentuk pilihan ganda, karena waktu yang
disediakan adalah 50 menit, maka sebagai ancar-ancar waktu adalah bahwa untuk
mengerjakan satu buah soal tes objektif membutuhkan waktu 1 menit untuk membaca
dan menjawabnya sehingga jika disediakan waktu 50 menit untuk tes, maka dapat
disusun butir soal sejumlah: 50 buah soal berbentuk objektif (50 menit), Jadi
banyaknya butir soal sangat ditentukan oleh waktu yang tersedia dan bentuk
soal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes,
yaitu :
1.
sebagai alat pengukur
terhadap peserta didik. dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat
perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka
menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2.
sebagai alat pengukur
keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat di
ketahui sudah beberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah
dapt dicapai.
Bentuk-bentuk penyusunan tes hasil belajar adalah
1.
penyusunan tes tertulis
2.
penyusunan tes lisan
3.
penyusunan tes tindakan
Langkah-langkah penyusunan tes diantaranya
1.
mendefenisikan
tujuan-tujuan pembelajaran dan lingkup bahan ajar yang mestinya diungkap,
2.
menyusun kisi-kisi.
3.
membuat atau menulis soal
sekaligus dengan kunci jawaban.
4.
mengadakan pemeriksaan
terhadap butir soal secara rasional.
5.
mengorganisasikan tes
menurut tipe-tipe soal yang dibuat.
6.
membuat petunjuk
pengerjaan soal.
7.
merevisi soal.
8.
mengorganisasikan kembali
soal dalam bentuk final
B. Saran
Diharapkan kepada setiap guru agar dalam penyusunan dan pengembangan tes disusun secara singkat dan
jelas sehingga peserta didik dapat memahami soal tes tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
·
Aunurrhman, Dr, Belajar dan
Pembelajaran, Alfabeta, 2010.
·
Dimyati, Drs, Mudjiono, Drs, Belajar dan Pembelajaran, PT Rineka Cifta. 2002.
·
Harjanto, Drs, Perencanaan Pengajaran, PT Rineka Cifta, 2008
·
Ngalim Purwanto, M, Drs, MP, Prinsip-Prinsip
Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, PT Remaja Rosdakarya. Bandung.1997.
·
Zainal Arifin,Drs, Evaluasi Pembelajaran, PT Rosdakarya,
Bandung, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar