Selasa, 25 Desember 2012

Perencanaan dalam Penyusunan test


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tetap tersanjungkan kepada baginda Rasul Muhammad SAW yang dengan jerih payahnya telah mampu merubah peradaban yang tidak mengenal perikemanusiaan menuju peradaban yang penuh dengan kebaikan.
Dalam kesempatan ini, dengan penuh rasa suka cita penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada Ibu Dosen Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran yang telah memberikan kepercayaannya kepada kami untuk membuat makalah yang kami beri judul "Perencanaan dalam penyusunan test" Penulis menyadari bahwa dalam makalah yang telah dibuat ini masih banyak kesalahan yang harus diperbaiki, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang budiman agar dalam pembuatan makalah yang berikutnya tidak terjadi kesalahan serupa.


Muara Bulian, 3 Oktober 2012


Penyusun










DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang........................................................................................................ 1
B.   Rumusan Masalah................................................................................................. 2
C.   Tujuan...................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.   Fungsi test............................................................................................................... 3
B.   Bentuk-bentuk penyusunan tes hasil belajar................................................... 3
C.   Langkah-langkah dalam penyusunan test........................................................ 7
D.   Komponen-komponen test................................................................................... 9
E.   Tabel spesifikasi..................................................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A.   Kesimpulan............................................................................................................. 13
B.   Saran........................................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 14



BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG

Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauh mana proses belajar tersebut telah memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang diharapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu. Pertama, tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional.
Kedua, butir-butir tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representative dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap dapat mewakili seluruh performance yang telah diperoleh selama pesrta didik mengikuti suatu unit pengajaran. Ketiga, bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi. Keempat, tes hasil belajar harus didasain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Kelima, tes hasil belajar harus memiliki realibilitas yang dapat diandalkan. Keenam, tes hasil balajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.









B.   RUMUSAN MASALAH

a.    Apakah fungsi tes?
b.    Bagaimana bentuk-bentuk penyusunan tes hasil balajar?
c.    Bagaimana langkah-langkah dalam penyusunan tes?

C.   TUJUAN
a.    Untuk mengetahui fungsi tes itu sendiri.
b.    Untuk mengetahui bentuk-bentuk penyusunan tes hasil belajar.
c.    Untuk mengetahui langkah-langkah dalam penyusunan hasil belajar.

























BAB II
PEMBAHASAN

A.   FUNGSI TES
Tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.
Adapun fungsi tes adalah : 
1.    sebagai alat pengukur terhadap  peserta didik. dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2.    sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat di ketahui sudah beberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai

B.   BENTUK-BENTUK PENYUSUNAN TES HASIL BELAJAR 

1.    Penyusunan Tes Tertulis
Sebagai alat pengukur perkembangan dan kemajuan belajar peserta didik, apabila ditinjau dari segi bentuk soal-soal, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes belajar bentuk uraian (tes subjektif), dan tes hasil belajar bentuk obyektif.
a.    Tes uraian
Pada umumnya  berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemampuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.
Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. Soal-soal bentuk esai biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5-10 buah dalam waktu kira-kira 90-120 menit. Soal-soal bentuk esai menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi.
Petunjuk penyusunan tes uraian adalah: 
1)    Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok dari bahan yang diteskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya komprehensif.
2)    Hendaknya soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin langsung dari buku atau catatan.
3)    Pada waktu menyusun, soal-soal itu sudah dilengkapi dengan kunci jawaban serta pedoman penilaiannya.
4)    Hendaknya diusahakan agar pertanyaan bervariasi antara “jelaskan”, “mengapa”, “bagaimana”, “seberapa jauh”, agar dapat diketahui lebih jauh penguasaan siswa terhadap bahan.
5)    Hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh siswa.
6)    Hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. 

b.    Tes objektif 
1)    Tes benar-salah (true-false)
Tes obyektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk tes obyektif dimana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa pernyataan, pernyataan ada yang benar dan ada yang salah.
Petunjuk penyusunan tes benar-salah adalah:
a)    Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).
b)    Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.


c)    Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.
Contoh: B-S Kekayaan lebih penting dari pada kepandaian.
d)    Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
e)    Hindarilah kata-kata yang menunjukan kecenderungan memberi saran seperti yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak pernah dan sebagainya. 

2)    Tes pilihan ganda (multiple choice test)
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memllilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
Pada dasarnya, soal bentuk pilihan ganda ini adalah soal bentuk benar salah juga, tetapi dalam bentuk jamak. Testee diminta membenarkan atau menyalahkan setiap item dengan tiap pilihan jawab. Kemungkinan jawaban itu biasanya sebanyak tiga atau empat buah, tetapi adakalanya dapat juga lebih banyak (untuk tes yang akan diolah dengan komputer banyaknya option diusahakan 4 buah). 

3)    Menjodohkan  (Matching test)
Matching test dapat diganti dapat diganti dengan istilah mempertandingan, mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai tercantum dalam seri jawaban. Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun tes bentuk matching ialah:

a.    Seri pertanyaan-pertanyaan dalam Matching test hendaknya tidak lebih dari sepuluh soal (item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi homogenitas antara item-item itu.
b.    Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak dari pada jumlah soalnya (kurang lebih 1 ½  kali). Dengan demikian murid dihadapkan kepada banyak pilihan, yang semuanya mempunyai kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih menggunakan pikirannya.
c.     Antara item-item yang tergabung dalam satu seri matching test harus merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar homogen. 
4)    Tes isian (complection test)
Complection test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi.complection test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.
Saran-saran dalam menyusun tes bentuk isian ini adalah sebagai berikut:
a)    Perlu selalu diingat bahwa kita tidak dapat merencenakan lebih dari satu jawaban yang kelihatan logis.
b)    Jangan mengutip kalimat/pertanyaan yang tertera pada buku/catatan.
c)    Diusahakan semua tempat kosong hendaknya sama panjang.
d)    Diusahakan hendaknya setiap pertanyaan jangan mempunyai lebih dari satu tempat kosong.
e)    Jangan mulai dengan tempat kosong. 

2.   Penyusunan Tes Lisan
Tes lisan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berupa kemampuan untuk mengemukakan pendapat-pendapat atau gagasan-gagasan secara lisan.
Berberapa petunjuk berikut ini dapat dipergunakan dalam tes lisan:
a)    Sebelum tes lisan dilaksanakan, seyogyanya tester sudah melakukan inventarisasi berbagai jenis soal yang akan diajukan kepada teste dalam tes lisan tersebut, sehingga tes lisan dapat diharapkan memiliki validitas yang tinggi, baik dari segi isi maupun kontruksinya.
b)    Setiap butir soal yang telah ditetapkan untuk diajukan kepada tes lisan itu, juga harus disiapkan sekaligus pedoman atau ancar-ancar jawaban betulnya.
c)    Jangan sekali-kali menentukan skor atau nilai hasil tes lisan setelah seluruh teste menjalani tes lisan. Skor atau nilai hasil tes lisan harus dapat ditentukan disaat masing-masing teste selesai dites. Hal ini dimaksudkan agar pemberian skor atau nilai hasil tes lisan yang diberikan kepasa teste itu tidak dipengaruhi oleh jawaban yang diberikan oleh testee yang lain.
d)    Tes belajar yang dilaksanakan secara lisan hendaknya jangan sampai menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi.
e)    Dalam rangka menegakkan prinsip objektivitas dan prinsip keadilan, dalam tes yang dilaksanakan secara lisan itu, tester hendaknya jangan sekali-kali “memberikan angin segar” atau “memancing-mancing” dengan kata-kata arau kalimat atau kode-kode tertentu yang sifatnya menolong testee karena menguji pada hakikatnya adalah mengukur bukan membimbing testee. 

3.   Penyusunan tes tindakan
Tes tindakan dimaksudkan untuk mengukur keterampilan siswa dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam tes tindakan persoalan disajikan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh testi.
Tes tindakan pada unumnya digunakan untuk mengukur taraf kompetensi  yang bersifat keterampilan (psikomotorik), dimana penilaiannya dilakukan terhadap proses penyelesaian tugas dan hasil akhir yang dicapai oleh testee tersebut. 

C.   LANGKAH-LANGKAH DALAM PENYUSUNAN TES
Dalam merencanakan penyusunan achievement test diperlukan adanya langkah-­langkah yang harus diikuti secara sistematis sehingga dapat diperoleh tes yang lebih efektif. Para ahli penyusun tes maupun para pengajar (classroom teachers) umumnya telah menyepakati langkah-langkah sebagai berikut:
1)    Menentukan/merumuskan tujuan tes.
2)    Mengidentifikasi hasil-hasil belajar (learning outcomes) yang akan diukur dengan tes itu.
3)    Menentukan/menandai hasil-hasil belajar yang spesifik, yang merupakan tingkah laku yang dapat diamati dan sesuai dengan TIK.
4)    Merinci mata pelajaran/bahan pelajaran yang akan diukur dengan tes itu.
5)    Menyiapkan tabel spesifikasi (semacam blueprint).
6)    Menggunakan tabel spesifikasi tersebut 'sebagai dasar penyusunan tes.

Untuk dapat merumuskan tujuan penyusunan test dengan baik, seorang guru atau pengajar perlu memikirkan apa tipedan fungsi tes yang akan disusunnya sehingga selanjutnya ia dapat menentukan bagaimana karakteristik soal-soal yang akan dibuatnya. Perlu diketahui bahwa tes itu mempunyai beberapa fungsi, bergantung pada tipe dan fungsi tes serta bagaimana ciri-ciri soalnya.

CIRI-CIRI DARI EMPAT TIPE ACHIEVEMENT TESTS

TIPE TES
FUNGSI TES
KONSIDERASI SAMPEL
CIRI-CIRI
PLACEMENT
Mengukur prerekuislt entry skills


Menentukan entry formance tentang tujuan pelajaran
Mencakup tiap- tiap prerekulslt entry behavior


Memilih sampel yang mewakill tujuan pelajaran
Items mudah dan crite­rion-referenced


Items memitiki range kesukaran yang lugs dan norm-referenced
FORMATIF
Sebagai balikan bagi
siswa + guru tentang
kemajuan belajar
Jika mungkin, mencakup
semua unit tujuan
(yang esensial)
Items memadukan ke­sukaran unit tujuan
dan criterion-referenced.
DIAGNOSTIK
Menentukan kesulitan
belajar yang sating
muncul
Mencakup sampel tugas-
tugas yang berdasarkan
sumber-sumber kesalah-
an belajar yang umum
Items mudah dan di­gunakan untuk menunjuk sebab-sebab kesalahan yang spesifik
SUMATIF
Menentukan kenaikan
tingkat/kelas atau
kelulusan pada akhir
program pengajaran
Memilih sampel tujuan-
tujuan pelajaran yang
representatif
Items memitiki range ke­sukaran yang luas dan norm-referenced





Tabel spesifikasi yang juga dikenal dengan kisi-kisi adalah sebuah tabel yang didalamnya dimuat rincian materi tes dan tingkah laku beserta proporsi yang dikehendaki oleh penilai, dimana pada tiap petak dari tabel tersebut diisi dengan angka-angka yang menunjukan banyaknya butir soal yang akan dikeluarkan dalam tes hasil belajar.
Adapun dari arah taraf kompetensi, biasanya penilai menggunakan model yang dikembangkan oleh Bloom (1956). Menurut Benjamin S. Bloom, kompetensi kognitif peserta mulai dari yang paling rendah sampai dengan yang paling tinggi adalah:
a.    Pengetahuan/ingatan
b.    Pemahaman
c.    Aplikasi atau penerapan
d.    Analisis
e.    Sintesis, dan
f.     Evaluasi



D.   KOMPONEN-KOMPONEN TES
Komponen Atau Kelengkapan Sebuah Tes Terdiri Atas :
1)   Buku Tes
Buku Tes yaitu Lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang harus dikerjakan oleh siswa.
2)   Lembar Jawaban Tes
Lembar Jawaban Tes yaitu Lembaran yang disediakan oleh penilaian bagi testee untuk mengerjakan tes. 
3).  Kunci Jawaban Tes
Kunci Jawaban Tes berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci jawaban ini dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki atau kata/kalimat. Untuk tes bentuk uraian yang dituliskan adalah kata-kata kunci ataupun kalimat singkat untuk memberikan ancar-ancar jawaban.Ide dari adanya kunci jawaban ini adalah:
a.    Pemeriksaan tes dapat dilakukan oleh orang lain,
b.    Pemeriksaannya betul,
c.    Dilakukan dengan mudah,
d.    Sesedikit mungkin masuknya unsur subjektif.
4.)  Pedoman penilaian
Pedoman penilaian atau pedoman scoring berisi keterangan perincian tentang skor atau angka yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah dikerjakan.

E.   TABEL SPESIFIKASI
Tabel spesifikasi membantu guru dalam mengadakan penilaian terhadap murid-muridnya juga berguna untuk dirinya sendiri supaya lebih profesional dalam menyusun tes.
Untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan dicakupi dalam tes, dibuatlah tabel spesifikasi.
Tabel spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid, kisi-kisi atau blueprint. Wujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian materi dan tingkah laku beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tiap kotak diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal.
Contoh:

Aspek yang diungkap
Pokok Materi
Ingatan
(I)
Pemahaman
(P)
Aplikasi
(A)
Jumlah
Bagian I
Bagian II
Bagian (terakhir)
............
............
............
................
.................
.................
.............
.............
.............
.............
............
............
Jumlah
...........
................
..............
............

Tabel spesifikasi mempunyai kolom dan baris, sehingga tampak hubungan antara materi dengan aspek yang tergambar dalam TIK. Sebenarnya penyusunan tes bukan hanya mengingat hubungan antara dua hal tersebut tetapi empat hal yaitu hubungan antara materi, TIK, kegiatan belajar, dan evaluasi.
Contoh kaitan antara TIK, materi, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi adalah sebagai berikut:


TIK      : Siswa dapat menjelaskan kronologi berdirinya Daulah BaniUmayyah
Materi : Daulah Umayyah
KBM   : Informasi dan tanya jawab tentang seputar Daulah Umayyah
Evaluasi        : Siapa pendiri Daulah Umayyah ?
A.  Muawiyah bin Abi Sofyan                    C. Umar bin Abdul Aziz
B.  Abdul Malik bin Marwan                       D. Hisyam bin Abdul Malik

Dalam pembuatan tabel spesifikasi langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendaftar pokok-pokok materi yang akan di teskan kemudian memberikan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi.
Contoh:
Akan membuat tes untuk Tarikh kelas XI. Pokok-pokok materinya adalah:
a)   Latar Belakang Berdirinya Daulah Umayyah                                   (2)
b)   Kahalifah-Khalifah Besar Daulah Umayyah                                   (3)
c)   Peran Daulah Umayyah dalam Berbagai Bidang                           (3)
d)   Keruntuhan Daulah Umayyah                                               (2)

Angka-angka yang tertera dalam kurung merupakan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi.
Langkah kedua yaitu memindahkan pokok-pokok materi ke dalam tabel dan mengubah indeks menjadi persentase.













TABEL SPESIFIKASI UNTUK MENYUSUN SOAL TARIKH XI
Aspek yang diungkap
Pokok Materi
Ingatan
(I)
Pemahaman
(P)
Aplikasi
(A)
Jumlah
Latar Belakang Berdirinya Umayyah (20%)
10
Kahalifah-KhalifahBesar Umayyah
(30%)
15
Keberhasilan Umayyah (30%)
15
Keruntuhan Umayyah (20%)
10
Jumlah
50

Langkah ketiga yaitu merinci banyaknya butir soal untuk tiap pokok-pokok materi, dan angka ini ditulis pada kolom paling kanan. Caranya yaitu dengan membagi jumlah butir soal (disini ada 50 buah) menjadi 4 bagian berdasarkan imbangan bobot yang tertera sebagai persentase.
Dalam contoh ini dimisalkan akan disusun tes berbentuk obyektif dengan jumlah 50 butir soal berbentuk pilihan ganda, karena waktu yang disediakan adalah 50 menit, maka sebagai ancar-ancar waktu adalah bahwa untuk mengerjakan satu buah soal tes objektif membutuhkan waktu 1 menit untuk membaca dan menjawabnya sehingga jika disediakan waktu 50 menit untuk tes, maka dapat disusun butir soal sejumlah: 50 buah soal berbentuk objektif (50 menit), Jadi banyaknya butir soal sangat ditentukan oleh waktu yang tersedia dan bentuk soal.










BAB III
PENUTUP



A.   Kesimpulan
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu : 
1.    sebagai alat pengukur terhadap  peserta didik. dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2.    sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat di ketahui sudah beberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapt dicapai.
           Bentuk-bentuk penyusunan tes hasil belajar adalah 
1.    penyusunan tes tertulis
2.    penyusunan tes lisan
3.    penyusunan tes tindakan
           Langkah-langkah penyusunan tes diantaranya 
1.    mendefenisikan tujuan-tujuan pembelajaran dan lingkup bahan ajar yang mestinya diungkap,  
2.    menyusun kisi-kisi.
3.    membuat atau menulis soal sekaligus dengan kunci jawaban.
4.    mengadakan pemeriksaan terhadap butir soal secara rasional.
5.    mengorganisasikan tes menurut tipe-tipe soal yang dibuat.
6.    membuat petunjuk pengerjaan soal.
7.    merevisi soal.
8.    mengorganisasikan kembali soal dalam bentuk final

B.   Saran
Diharapkan kepada setiap guru agar dalam penyusunan dan pengembangan tes disusun secara singkat dan jelas sehingga peserta didik dapat memahami soal tes tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

·         Aunurrhman, Dr, Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, 2010.
·         Dimyati, Drs, Mudjiono, Drs, Belajar dan Pembelajaran, PT Rineka Cifta. 2002.
·         Harjanto, Drs, Perencanaan Pengajaran, PT Rineka Cifta, 2008
·         Ngalim Purwanto, M, Drs, MP, Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, PT Remaja Rosdakarya. Bandung.1997.
·         Zainal Arifin,Drs, Evaluasi Pembelajaran, PT Rosdakarya, Bandung, 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar