“SAYYID
AHMAD KHAN DAN GERAKAN ALIGARH”
DOSEN PEMBIMBING: ABDUL MUTHOLIB,
M.PD.I
DISUSUN OLEH :
Ø
HERMANTO
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
MUARA
BULIAN
TAHUN
AKADEMIK 2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang Masalah
Selama dua atau
dua setengah abad sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Ortodoksi Sunni mengalami
proses kristalisasi setelah bergulat dengan aliran Mu’tazilah (rasionalisme
dalam Islam), aliran Syi’ah, dan kelompok-kelompok Khowarij. Pergulatan ini
sesungguhnya masih terus berlangsung sampai abad ke-13. dan kekuatan terbesar
yang dihadapi oleh ortodok Sunni adalah Sufisme, yang pada tahapan lanjutan
mengalami degenerasi. Degenerasi dan dekadensi aqidah ummat Islam di kala itu
telah menimbulkan system politik yang sangat opresif, yang mengejawentah dalam
bentuk kesultanan-kesultanannepotis dan absolutis serta kehidupan sosial yang
bertentangan dengan semangat egalitarian seperti diajarkan Islam. Di sisi
kenyataan merajalelanya bid’ah dan khurafat, fabrikasi dan superstisi dikalangan
ummat telah membuat sebagian umat buta terhadap ajaran-ajaran Islam orisinal,
yakni ajaran-ajaran yang tertera dalam Al Qur’an dan Sunnah yang sahih.[1]
Dalam situasi
ummat yang dekaden seperti itulah tampil seorang pembaharu Islam di India pada
abad ke 17, dengan gerakan puritanismenya yang dipelopori oleh Syekh Ahmad
Sirhindi, sebuah gerakan yang menyerang sufisme secara amat tajam.
- Rumusan
masalah
a.
Profil Sayyid A.Khan
b.
Munculnya gerakan Aligarh
- Tujuan
Untuk memberikan pengenalan
tentang Sayyid A.Khan dan Gerakan Aligarh
BAB II
PEMBAHASAN
- Mengenal Sayyid Ahmad Khan.
Setelah
hancurnya Gerakan Mujahidin dan Kerajaan Mughal sebagai pemberontakan 1857,
muncullah Sayyid Ahmad Khan untuk memimpin ummat Islam India, yang telah kena
pukul itu untuk dapat berdiri dan maju kembali sebagai dimasa lampau.
Ia lahir di
Delhi pada tahun 1817 dan menurut keterangan berasal dari keturunan Husein,
cucu Nabi Muhammad SAW. melalui Fathimah dan Ali. Neneknya, Sayyid Hadi, adalah
pembesar istana di masa Alamghir II (1754-1759). Ia mendapat didikan
tradisional dalam pengetahuan agama dan disamping bahasa Arab, ia juga belajar
bahasa Persia. Ia orang yang rajin membaca dan banyak memperluas pengetahuan
dengan membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Setelah berusia delapan
belas tahun ia masuk bekerja pada serikat India Timur. Kemudian ia bekerja pula
sebagai hakim. Tetapi di tahun 1846 ia pulang kembali ke Delhi untuk meneruskan
studi[2].
Dimasa
pemberontakan 1857 ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan. Dan
dengan demikian banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan. Pihak Inggris
menganggap ia telah banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalas jasanya,
tetapi hadiah yang dianugerahkan kepadanya ia tolak. Gelar Sir yang kemudian
diberikan kepadanya dapat diterima. Hubungannya dengan pihak Inggris menjadi
baik dan ini ia pergunakan untuk kepentingan ummat Islam India.
- Sayyid Ahmad Khan dimata Para Ulama’ Makkah.
Ketika Inggris
menginjakkan kakinya dan menancapkan benderanya di India, kemudian runtuhlah perbendaharaan
Kerajaan Timur (diambil dari nama Timurlenk pendiri kedaulatan Mogul pada abad
keenambelas Masehi). Yang menjadi tujuan mereka adalah untuk melemahkan aqidah
ummat Islam dan agar mereka (ummat Islam) menganut paham orang-orang Inggris.
Tujuan yang lain adalah untuk mempersempit kehidupan ummat Islam dengan
mengadakan berbagai penekanan dan paksaan-paksaan. Dengan demikian maka ummat
Islam tidak akan mengenal aqidah Islam yang sebenarnya dan akan melalaikan
kewajibannya. Ketika para pemerintah lalim itu gagal memanfaatkan cara pertama,
mereka mempergunakan cara yang kedua. Mereka mulai merencanakan untuk
menghilangkan Agama Islam dari India, sebab mereka hanya takut menghadapi kaum
muslimin yang kehilangan pemimpin dan hak-hak mereka.
Maka datanglah
seorang bernama Ahmad Khan Bahadur (gelar bangsawan di India) mendekati
penjajah Inggris untuk meraih keuntungan. Mulai dia melangkah untuk
meninggalkan agamanya (Islam) dan menganut agama yang dipeluk oleh bangsa
Inggris. Ia mulai menulis sebuah buku-buku dimana ia menyatakan bahwa Taurat
dan Injil tidak pernah diubah-ubah oleh tangan manusia, untuk mendapatkan
pangkat dari tangan penjajah. Orang Inggris tidak percaya kepadanya sehingga ia
benar-benar menyatakan bahwa dirinya adalah “seorang Kristen”. Ia sadar bahwa
usahanya yang hina ini sia-sia belaka dan ia tidak mampu mengubah agama
penganut Islam kecuali beberapa orang saja. Maka ia memulai cara lain dalam
pengabdiannya kepada pemerintah Inggris: dengan memecah belah persatuan ummat
Islam. Ia memunculkan dirinya sebagai seorang naturalis ateis dan menyatakan
bahwa tak ada sesuatu apapun kecuali alam (nature) dan bahwa ala mini tidak ada
Tuhan yang menciptakan, Ia menyatakan bahwa semua nabi adalah naturalis, tidak
percaya kepada Tuhan yang membuat undang-undang. Pemerintah Inggris merasa
bahagia dengan usahanya itu, dan melihat bahwa cara tersebut adalah yang paling
baik untuk merusak hati kaum Muslimin. Mereka menghormati dan menjunjung Ahmad
Khan dan membantu dia untuk mendirikan sekolah di Alighar dengan nama sekolah
“Muhammadiyin”, sebagai perangkap untuk menghimpun pemuda-pemuda Mu’min dan
dididik menurut pemikiran Ahmad Khan Bahadur.
Ahmad Khan juga
menulis sebuah tafsir Al Qur’an, dimana ia banyak mengubah maksud yang
sebenarnya. Ia menerbitkan majalah bernama Tahdzibul-Akhlaq yang isinya hanya
membingungkan pikiran kaum Muslimin dan memecah belah mereka serta menyalakan
api permusuhan antara ummat Islam India dan yang lain, khususnya warga kerajaan
Ottoman. Secara terus terang ia menghilangkan seluruh agama yang ada, namun
pada hakekatnya agama Islam, Ia mengajak manusia untuk kembali ke “alam”,
dengan alasan bahwa bangsa Eropa tidak akan maju peradabannya dan tidak akan
memiliki ilmu pengetahuan, kerendahan hati dan kekuatan yang begitu tinggi kecuali
dengan membuang agama dan kembali kepada maksud agama yang sebenarnya, yaitu
menyelidiki nature (alam). Itulah pendapatnya.
Sistem
penafsiran Ahmad Khan terhadap Al Qur’an didasarkan atas dasar nature (alam),
yang menentang adanya Mu’jizat dan hal-hal yang ada diluar kebiasaan. Maka ia
menyatakan bahwa “kenabian” adalah tujuan yang dapat diperoleh dengan jalan
latihan jiwa (Riyadloh Nafsiyah), tujuan tersebut adalah alami dan manusiawi,
dan caranya pun manusiawi tidak luar biasa. Namun demikian ia mengakui Muhammad
sebagai penutup Risalah Ilahi.
Ketika
menerangkan ayat tentang peperangan, ia melemahkan kewajiban jihad pada masa
yang akan datang. Dan ayat yang berhubungan dengan Ahlul Kitab, ia tafsirkan
bahwa tak ada jarak antara ahlul kitab dan ummat Islam. Ia mengajak kerja sama
antara orang-orang Islam dan orang-orang Barat, ia mengajak kepada Humanisme
Agama (yakni kemanusiaan yang dianjurkan oleh semua agama samawi). Dalam konsep
tersebut tak ada perbedaan negara, bangsa, agama, dan paham. Dengan demikian
Ahmad Khan memiliki jasa di bidang politik dan pendidikan disertai motivasi
pembaharuan agama. (Al Bahiy, M, Dr. 1986:4-8).
- Pokok-pokok pikiran Sayyid Ahmad Khan mengenai
pembaharuan dalam Islam.
Meskipun Sayyid
Ahmad Khan dihujat dan dicap kafir oleh para ulama’ Makkah, beliau tidak
langsung putus asa dalam memperjuangkan pendapatnya, bahkan beliau tidak
menggubrisnya. Sementara menurut cendekiawan muda Muslim India, beliau
diagungkan karena memiliki ide-ide yang cemerlang untuk membangkitkan ummat
Islam India dari keterpurukan.
Diantara
ide-ide yang cemerlang itu adalah sebagai berikut:
1.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan
ummat Islam India, dapat diwujudkan dengan hanya bekerjasama dengan Inggris.
Inggris telah merupakan penguasa terkuat di India, dan menentang kekuasaan itu
tidak membawa kebaikan bagi ummat Islam India. Hal ini akan membuat mereka
tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu India.
Disamping itu dasar ketinggian dan kekuatan barat, termasuk didalamnya Inggris,
ialah ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Untuk dapat maju, ummat Islam
harus pula menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Jalan yang
harus ditempuh ummat Islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern
yang diperlukan itu bukanlah kerjasama dengan Hindu dalam menentang Inggris
tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris. Ia berusaha
meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam pemberontakan 1857, ummat Islam tidak
memainkan peranan utama. Atas usaha-usahanya dan atas sikap setia yang ia
tunjukkan terhadap Inggris Sayyid Ahmad Khan akhirnya berhasil dalam merobah
pandangan Ingris terhadap ummat Islam India. Dan sementara itu kepada ummat
Islam ia anjurkan supaya jangan mengambil sikap melawan, tetapi sikap berteman
dan bersahabat dengan inggris. Cita citanya untuk menjalani hubungan baik
antara inggris dan umat islam, agar demikian ummat islam dapat di tolong dari
kemunduranya ,telah dapat di wujudkan di masa hidupnya.
2.
Sayid Ahmad Khan melihat bahwa ummat Islam India mundur
karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik telah
hilang dan telah timbul peradaban baru di barat. Dasar peradaban baru ini ialah
ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi modern adalah
hasil pemikiran manusia. Oleh karena itu akal mendapat penghargaan tinggi bagi
Sayyid Ahmad Khan. Tetapi sebagai orang Islam yang percaya kapada wahyu, ia
berpendapat bahwa kekuatan akal bukan tidak terbatas. Karena ia percaya pada
kekuatan dan kebebasan akal, sungguhpun mempunyai batas, ia percaya pada
kebebasan dan kemerdekaan manusia dalam menentukan kehendak dan melakukan
perbuatan. Alam, demikian Sayyid Ahmad Khan selanjutnya, berjalan dan beredar
sesuai dengan hukum alam yang telah ditentukan Tuhan itu. Segalanya dalam alam
terjadi menurut hukum sebab akibat. Tetapi wujud semuanya tergantung pada sebab
pertama (Tuhan). Kalau ada sesuatu yang putus hubungannya dengan sebab pertama,
maka wujud sesuatu itu akan lenyap.
3.
Sejalan dengan ide-ide diatas, ia menolak faham Taklid
bahkan tidak segan-segan menyerang faham ini. Sumber ajaran Islam menurut
pendapatnya hanyalah Al Qur’an dan Al Hadist. Pendapat ulama’ di masa lampau
tidak mengikat bagi ummat Islam dan diantara pendapat mereka ada yang tidak
sesuai lagi dengan zaman modern. Pendapat serupa itu dapat ditinggalkan.
Masyarakat manusia senantiasa mengalami perubahan dan oleh karena itu perlu
diadakan ijtihad baru untuk menyesuaikan pelaksanaan ajaran-ajaran Islam dengan
suasana masyarakat yang berobah itu. Dalam mengadakan ijtihad, ijma’ dan qiyas
baginya tidak merupakan sumber ajaran Islam yang bersifat absolute. Hadits juga
tidak semuanya diterimanya karena ada hadits buat-buatan. Hadits dapat ia
terima sebagai sumber hanya setelah diadakan penelitian yang seksama tentang
keasliannya.
4.
Yang menjadi dasar bagi system perkawinan dalam Islam,
menurut pendapatnya, adalah system monogamy, dan bukan system poligami
sebagaimana telah dijelaskan oleh ulama’-ulama’ dizaman itu. Poligami adalah
pengecualian bagi system monogamy itu. Poligami tidak dianjurkan tetapi
dibolehkan dalam kasus-kasus tertentu. Hukum pemotongan tangan bagi pencuri
bukan suatu hukum yang wajib dilaksanakan, tetapi hanya merupakan hukum
maksimal yang dijatuhkan dalam keadaan tertentu. Disamping hukum potong tangan
terdapat hukum penjara bagi pencuri. Perbudakan yang disebut dalam Al Qur’an
hanyalah terbatas pada hari-hari pertama dari perjuangan Islam. Sesudah jatuh
dan menyerahnya kota Makkah, perbudakan tidak dibolehkan lagi dalam Islam.
Tujuan sebenarnya dari do’a ialah merasakan kehadiran Tuhan, dengan lain kata
do’a diperlukan untuk urusan spiritual dan ketenteraman jiwa. Faham bahwa
tujuan do’a adalah meminta sesuatu dari Tuhan dan bahwa Tuhan mengabulkan
permintaan itu, ia tolak. Kebanyakan do’a, demikian ia menjelaskan, tidak
pernah dikabulkan Tuhan.
5.
Dalam ide politik, Sayyid Ahmad Khan, berpendapat bahwa
ummat Islam merupakan satu ummat yang tidak dapat membentuk suatu Negara dengan
ummat Hindu. Ummat Islam harus mempunyai Negara tersendiri,. Bersatu dengan
ummat Hindu dalam satu Negara akan membuat minoritas Islam yang rendah
kemajuannya, akan lenyap dalam mayoritas ummat Hindu yang lebih tinggi
kemajuannya.
Inilah
pokok-pokok pemikiran Sayyid Ahmad Khan mengenai pembaharuan dalam Islam.
Ide-ide yang dimajukannya banyak persamaannya dengan pemikiran Muhammad Abduh
di Mesir. Kedua pemuka pembaharuan ini sama-sama memberi penghargaan tinggi
kepada akal manusia, sama-sama menganut faham Qadariyah, sama-sama percaya
kepada hukum alam ciptaan Tuhan, sama-sama menentang taklid, dan sama-sama
membuka pintu ijtihad yang dianggap tertutup oleh ummat Islam pada umumnya
diwaktu itu.[3]
- Usaha-usaha yang dicapai oleh Sayyid Ahmad Khan.
Sebagai telah
tersebut diatas, jalan bagi ummat Islam India untuk melepaskan diri dari
kemunduran dan selanjutnya mencapai kemajuan, ialah memperoleh ilmu pengetahuan
dan teknologi modern Barat. Dan agar yang tersebut akhir ini dapat dicapai
sikap mental ummat yang kurang percaya kepada kekuatan akal, kurang percaya
pada kebebasan manusia dan kurang percaya pada kebebasan manusia dan kurang
percaya pada adanya hukum alam, harus dirubah terlebih dahulu.
Perubahan sikap
mental itu ia usahakan melalui tulisan-tulisan dalam bentuk buku dan
artikel-artikel dalam bentuk majalah Tahzib Al Akhlaq. Usaha melalui pendidikan
juga ia tidak lupakan, bahkan pada akhirnya kedalam lapangan inilah ia curahkan
perhatian dan pusatkan usahanya.
Di tahun 1876
ia dirikan sekolah Inggris di Muradabad. Di tahun 1879 ia mendirikan sekolah
Muhammedan Anglo Oriental College (MAOC) di Aligarh yang merupakan karyanya
yang bersejarah dan berpengaruh dalam cita-citanya untuk memajukan ummat Islam
India. Sekolah itu terbuka bukan hanya bagi orang Islam, tetapi juga bagi orang
Hindu, Parisi dan Kristen.
- Munculnya Gerakan Aligarh.
Ide-ide
pembaharuan yang dicetuskan Sir Sayyid Ahmad Khan dianut dan disebarkan
selanjutnya oleh murid serta pengikut dan timbullah apa yang dikenal dengan
gerakan Aligarh. Pusatnya adalah sekolah MAOC yang didirikan pemimpin
pembaharuan Islam India itu di Aligarh. Setelah ditingkatkan menjadi
universitas, dengan nama Universitas Islam Aligarh ditahun 1920, perguruan
tinggi ini meneruskan tradisi sebagai pusat gerakan pembaharuan Islam India.
Gerakan Aligarh
inilah yang menjadi penggerak utama bagi terwujudnya pembaharuan dikalangan
ummat Islam India. Tanpa adanya gerakan ini, ide-ide pembaharuan selanjutnya
seperti yang dicetuskan oleh Amir Ali, Muhammad Iqbal, Maulana Abdul Kalam
Azad, dan sebagainya payah akan dapat timbul. Gerakan inilah pula yang yang
meningkatkan ummat Islam India dari masyarakat yang bangkit menuju kemajuan.
Pengaruhnya terasa benar digolongan intelegensia Islam India.[4]
Diantara para
pemuka yang besar pengaruhnya dalam menyebarluaskan ide-ide pembaharuan Sayyid
Ahmad Khan adalah:
1.
Altaf Husain Hali (1837-1914).
Seorang pemuka
lain yang besar pengaruhnya dalam menyebarluaskan ide-ide pembaharuan Sayyid
Ahmad Khan adalah Altaf Husain Al Hilali. Atas permintaan Sayyid Ahmad Khan ia
menulis syair tentang peradaban Islam di zaman klasik. Keluarlah di tahun 1879
apa yang terkenal dengan nama Musaddas. Syair itu antara lain juga mengandung
ide-ide Aligarh. Terhadap pendidikan wanita ia lebih progressif dari Sayyid
Ahmad Khan yang memandang bahwa kaum wanita belum perlu mendapat pendidikan
sebagai kaum laki-laki. Dalam soal politik ia juga berpendapat bahwa ummat
Islam India merupakan suatu kesatuan tersendiri disamping ummat Hindu. Tetapi
ia tidak bersikap anti Hindu.[5]
2.
Chiragh Ali.
Ia juga
mengarang beberapa buku dalam bahasa Inggris, yang terpenting diantaranya ialah
mengenai “pembaharuan yang diperlukan”. Didalamnya ia menjelaskan bahwa Islam,
sebagai yang diajarkan Nabi Muhammad, bukanlah statis, tetapi dinamis, dan
dapat sesuai dengan perubahan sosial dan politik yang terjadi sepanjang zaman.
3.
Salah Al Din Khuda Bakhs.
Ia adalah
penulis dari gerakan Aligarh yang mempunyai pengaruh terhadap pembaharuan
dikalangan ummat Islam India. Ia juga mengarang beberapa buku diantaranya
Essays Indian and Islamic dan Politics in Islam. Al Qur’an, menurut
pendapatnya, lebih banyak bersifat buku petunjuk spiritual dengan membawa
norma-norma yang harus dipegang dari pada merupakan buku hukum yang mengikat
untuk selama-lamanya. Islam tidak menentang kemajuan.
4.
Maulvi Nazir Ahmad.
Ia adalah
seorang pengarang roman. Karangannya berkisar sekitar soal agama, budi pekerti,
dan problema-problema sosial. Sebab kemunduran ummat Islam, dalam pendapatnya,
terletak pada ummat Islam sendiri dan bukan datang dari luar. Ummat Islam tidak
lagi hidup sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Untuk mencapai kemajuan ummat
Islam harus hidup kembali sebagai ummat Islam di zaman klasik.
5.
Muhammad Sibli Nu’mani (1857-1914).
Ia sebagai guru
bahasa Arab dan Persia di MAOC. Mempelajari filsafat bukanlah haram. Pemikiran
modern dalam bentuk moderat dapat diterimanya. Setelah meninggalkan MAOC ia
pergi ke Lucknow untuk memimpin perguruan tingi Nadwad Al Ulama’. Pemikiran
modern moderat yang dianutnya membawa perobahan pada perguruan tinggi ini.
Salah satu dari muridnya yang kemudian menjadi pemimpin pembaharuan diabad
kedua puluh ialah Abdul Kalam Azad.
Setelah Sayyid
Ahmad Khan menghadapi masa tua, maka pimpinan MAOC digantikan oleh pengikutnya,
diantaranya adalah:
- Sayyid Mahdi Ali, yang dikenal dengan nama Nawab Muhsin
Al Mulk (1837-1907).
Nawab Muhsin Al
Mulk besar jasanya dalam menyebarkan ide-ide Sayyid Ahmad Khan dan ini
dilakukannya melalui Muhammedan Educational Conference. Ialah pula yang dapat
membuat golongan ulama’ India merubah sikap keras mereka terhadap Gerakan
Aligarh. Dalam soal keagamaan Nawab Muhsin Al Mulk dengan idenya menentang
taklid pada ulama’ klasik dan mengadakan ijtihad baru. Tetapi dalam menghadapi
ulama’ klasik ia lebih lembut dari pada Sayyid Ahmad Khan. Berlainan dengan
Sayyid Ahmad Khan, ia tidak segan-segan memasuki bidang politik, sampai
terbentuknya Liga Muslim India di tahun itu juga.
- Viqar Al Mulk (1841-1917).
Ditahun 1907 ia
menggantikan Nawab Muhsin Al Mulk dalam pimpinan MAOC. Sebagai ulama’ ia keras
pendirian dan pegangannya terhadap agama. Dimasanyalah kekuasaan besar yang
dipegang Inggris Direktur Inggris MAOC berkurang. Dalam pandangan politiknya,
ia berpendapat lain yaitu Inggris bukan lagi tempat orang Islam menggantungkan
nasib. Sehingga ketergantungan gerakan Aligarh kepada Inggris mulai berkurang.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sayyid Ahmad
Khan sebagai tokoh pembaharuan Islam India memberi penghargaan tinggi pada akal
manusia, ia menganut faham Qodariyah, percaya kepada hukum alam ciptaan Tuhan,
menentang taqlid, dan membuka pintu ijtihad yang dianggap tertutup oleh ummat
Islam pada umumnya di waktu itu.
Ide-ide
pembaharuan yang dicetuskan Sir Sayyid Ahmad Khan dianut dan disebarkan
selanjutnya oleh murid serta pengikut dan timbullah apa yang dikenal dengan gerakan
Aligarh. Pusatnya adalah sekolah MAOC yang didirikan pemimpin pembaharuan Islam
India itu di Aligarh. Setelah ditingkatkan menjadi universitas, dengan nama
Universitas Islam Aligarh ditahun 1920, perguruan tinggi ini meneruskan tradisi
sebagai pusat gerakan pembaharuan Islam India.
DAFTAR PUSTAKA
Al Bahiy, Muhammad, Dr. 1986. Pemikiran Islam Modern. Jakarta: Pustaka
Panjimas.
Nasution,
Harun, Dr, Prof. 1990. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan
Gerakan.
Jakarta: PT Bulan Bintang.
Rais, Amin, M,
Dr. 1987. Cakrawala Islam Antara Cita Dan Fakta. Bandung: Mizan.
[1] Harun
Nasution. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. (Jakarta :
Bulan Bintang. 1975). Hal 174.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar