Sabtu, 05 Juli 2014

Puisi Indah Untuk Ayah dan Ibu

Oh, ibu!
masih teringat lagi bebelanmu~
ketika kau memarahiku~
memukulku dan mencubitku, disebabkan kenakalanku~
sungguh! kau lah guru pertamaku~
mengajarku untuk bersopan santun~
mengajarku untuk menjadi lebih baik~
dan mengajarku menjadi manusia yang berakhlak~
dan sungguh aku membencimu ketika itu~
namun, semua disebabkan kesilapanku~
kenakalanku, kerasnya kepalaku, dapat kau betulkan~
dan menjadikan aku manusia pada hari ini~
aku rindukan bebelanmu, ibu~
aku rindukan cubitanmu~

ayah!
dapatku lihat setitik peluhmu jatuh~
ketika kau pulang setelah penat bekerja~
kulitmu menjadi gelap~
menggagahi keterikan mentari~
demi mencari sesuap nasi untuk keluarga yang kau cintai~
masihku ingat lagi ayah~
kau lah guru keduaku~
mengajarku bahasa inggris dan mengajarku melukis~
juga mengajarku arti hidup~
“yellow, red, purple~
apa itu ayah?”
dengan selamba kau menjawab soalan dan membelaiku~
memintaku belajar bersungguh-sungguh~
untuk diriku~
dan tidak pernah sedikit pun mengharapkan duitku setelah aku berjaya kelak~
ibuku, ayahku~
setiap malam aku merindui kamu~
melihat bintang dan bulan, bagai melihat kamu~
kesusahan dan kepayahan hidup~
kamu hadiahkan dengan senyuman~
bagaikan menyelesaikan semua masalah yang datang~
dan mendamaikan hati anak-anakmu~
kamu, adalah permataku yang tidak dapat dinilai dengan uang ringgit~
kamulah hartaku~
kamulah hidupku~
dan kamulah nyawaku~
andaiku sudah berjaya kelak~
kamu berdua tidak perlu bersusah payah lagi mencari nafkah~
duduklah di rumah~
menikmati secawan kopi~
dan anggaplah kamu berdua umpama pasangan yang baru berkenalan~
bagaikan hidup kamu ketika bercinta dahulu~
itu janji anak-anakmu~
dan tidak perlu memikirkan anak-anakmu~
kerana kami semua akan menjaga kamu~
sepertimana kamu menjaga kami~
bagai menatang minyak yang penuh~
ibuku, ayahku~
harapanku~
agar kau dapat melihat kejayaanku kelak~
dan yang paling ku harapkan~
jangan lah kamu pergi sebelum aku…..!


Awan-awan mimpi

Langkah kakimu menjauh sudah
Tinggalkan jejak di atas pasir Jejak-jejak yang jelas tercetak di sana
Hingga ombak menyapu pantai
Dan sekejab semua hilang seiring sirnanya bayangmu
Dan engkau masih menyisakan Banyak tanda tanya dalam hatiku Mengapa dan ke mana engkau melabuhkan kapalmu?
Sedang dermaga yang pernah kau singgahi
Pernah melena mimpimu dalam peraduan kasih

Pandangku tertumbuk pada cakrawala yang gelap
Ingin rasanya jemariku menggapainya
Menggenggam awan-awan itu Melampiaskan amarah dan kekecewaanku
Tentang kisah yang sampai kini ku tak tau akhirnya
Gumpalan di sana mengingatkanku
Tentang senyummu yang berbisik manja padaku
“Di atas awan ku lukis wajahmu Agar bisa ku pandang di manapun ku berada”
Dan kini hal serupa ku lakukan jua
Melukis wajahmu di atas awan-awan mimpi
Entah kapan kau kan tersenyum lagi
Atau sekedar lewat dan menyapaku mesra
Moment indah itu hanya nostalgia belaka
Karena jejakmu musnah tersapu waktu
Sedang aku masih merindumu
Engkau kisah sejatiku